Sosoknya yang kocak dan terkesan kekanak-kanakan memang menjadi gaya khas Yosi Project Pop. Namun, siapa yang menyangka dibalik sisi tersebut, Yosi memiliki jiwa yang tegas ini dialami ketika ketika ia menjadi mahasiswa.
"Saya tuh dulu sebenernya lebih sering nge-bully daripada di bully. Saya suka berteman dengan orang yang menurut saya punya power. Jadi saya bisa mengerti banyak orang yang tidak mau di bully," ujar Yosi yang ditemui team kami di Plaza Senayan, Jakarta, beberapa hari yang lalu.
Menjadi konseptor dalam kegiatan ospek menjadikan yosi sebagai orang yang merencanakan semua kegiatan mahasiswa. Namun, dibalik semua perencanaan tersebut dilakukan bukan untuk ditakuti.
"Dulu itu waktu ospek gue biasanya jadi konseptor. Mau bikin presure tapi harus pinter tanpa main tangan. Karena kita nyari respect, bukannya untuk ditakuti. Tapi gue nggak tau apa itu juga termasuk ngebully. Tapi kita semua menikmati melakukan itu," katanya.
Pemilik nama lengkap Herman Josis Mokalu Luerson ini mengaku punya kekhawatiran terhadap anaknya menjadi korban bully. Untuk mensiasati masalah tersebut, Yosi sudah mulai mengajarkannya sejak dini
"Gue sering mengajarkan ke anak-anak gue, the importan thing is not only about your strong body, but your strong heart. So you can not afraid to anybody," aku Yosi.
"Karena saya tahu, namanya orangtua kan nggak bisa selalu mendampingi anaknya. Jadi ada masa-masa dia harus menghadapi sendiri. Kalau dia punya kekuatan hati semua emosi bisa diredam. You have to strong heart," tutupnya
No comments:
Post a Comment